Masih terlalu pagi, hujan mengguyur kota kecil tempatku menjalani hari-hari malam.
Setelah kopiku siap diseruput, saya meraih koran kemarin yang belum sempat kubaca sejak kubeli sore kemarin. Iya, Saya terlalu cape sehabis keluar sejak pagi hingga sore kemarin.
Kubolak-balik halamannya. Cetakannya kurang bagus. Tata letaknya berantakan. Beberapa ejaan dan pemenggalannya tidak lazim. Memang sudah begitulah sejak pertama kali membaca koran ini beberapa tahun lalu. Tak banyak yang berubah dari perwajahan dan substansi pemberitaannya. Tapi saya harus membacanya karena saya hendak mencari tahu apa saja yang 'terjadi' di kota ini beberapa waktu belakangan. Merasa cukup--atau terganggu dengan tata letaknya--saya kembali meraih gelas kopiku. Kuseruput, nikmat. Sisa kopinya yang mampir di sudut bibir kubersihkan dengan satu usapan tangan.
Beralih ke bacaan berikut, buku yang baru kubeli. Materinya tentang kekerasan perempuan yang ditayangkan media tv melalui film anak-anak. Penulis menggabungkan kedua teori: strukturasi Giddens, dan satunya lagi teori feminis. Hasil kajiannya menghasilkan konsep baru kemudian, Strukturasi Gender.
Di luar hujan masih mengguyur. Kedua penelitianku yang seharusnya saya kerjakan belum mencapai kemajuan berarti. Setiap kali sendiri--kenyataannya saya selalu saja sendiri dalam rumah berukuran sederhana milik teman yang memperkenanku menempatinya sementara waktu sementara ia studi di kota lain--saya malah tersusupi ide lain.
Iya, ada banyak hal yang harus dikerjakan. Pagi ini, bersama hujan diluar, benakku terusik ide yang belum berhasil kunyatakan dalam suatu 'hasil'. Ada yang belum selesai, ini baru bermula.
Akh, saya merindukanmu di sini, Sobat. Seperti biasa, kita berbincang tentang banyak hal: pemandangan sehari-hari yang ditinjau lebih jauh dengan cara bebas dan santai.
Kopi, hujan, harapan, kerinduan, dan setumpuk ide larut dalam satu wadah: aku.
Perihal remeh-temeh kehidupan keseharian--atau pun endapan-endapannya dari masa lampu--hingga kompleksitas realitas yang mengepung, kita bisa menafsir dan menuturkannya dengan berbagai cara kita masing-masing. Kita layak berbeda. Dalam beberapa hal, memang begitulah seharusnya.
Sabtu, 05 Mei 2012
Kopi, Hujan, & Kita.
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Curah Gagasan a la FIB Unkhair
*** Banyak yang Harus Dilakukan (Catatan dari ‘Bacalefo’ Ormawa FIB) *** Kebajikan mesti dikabarkan agar tetap bisa ditularkan...
-
Gambar ini saya dapat dari postingan seorang teman: NiNing AndiNi Ning RamadhaNi, di jagad maya. Di kampung saya, Kajang, Bulukumba, wadah ...
-
Baiklah, mari kita bicara - sedikit saja - tentang gerhana. Sebagai fenomena alam, tak ada yang luar biasa dengan sang gerhana ini. Tak pe...
-
Setelah berbincang lama, akhirnya saya terinspirasi oleh teman. Dia meyakinkan saya lagi - sebenarnya suatu hal yang sudah lama saya pahami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar