Malam selepas magrib kau datang
Menjumpaiku dan bebicara
Sehari sebelumnya kau telah berpanjang lebar, meluaskan bicaramu, sendiri.
Kau mengutuk 'sistem' yang menghianatimu
Agar kau tampak benar dalam pandanganku, mungkin begitu harapmu, sebab kaupun melakukan hal sama kepadaku seperti kau diingkarinya.
Kau murka, lalu memaki.
Sekilas kulihat tampak kemarahanmu pada ekspresimu. Hanya seperti 'terlihat'
Tapi tidak seperti 'apa adanya'.
Seolah ingin meyakinkan bahwa kau tetap pada pihakku.
Tetapi seperti biasa, aku meragukanmu
Keserakahanmu, aku ragu, kelak akan menguburmu sendiri.
Takala kau tak mampu, tak sempat katamu, kau pun berlari ke arahku.
Menaruh pengharapan agar bisa kulayani, demi masa di depan yang berjanji tentang peluang, janjimu lagi.
Tetapi aku bosan, dan tak ingin mengharapkan atau mengandalkanmu dalam menjaga tuturanmu.
Nyaris basi kedengarannya, maka aku berpaling sambil melayangkan pandang pada sebuah tv di samping kita, "jangan berharap pada janji 'sistem' yang terbiasa ingkar," kataku.
Kau dengan nada pelan, "iya," katamu.
Kita lanjut berbicara, tetapi kau tetap saja tidak pasti.
Kita memang hanyalah manusia-manusia sebagai 'makhluk kemungkinan' belaka.
Tetapi komitmen dan sikap tegas kita, setidaknya bisa menegaskan bahwa kita merencanakan dan memprioritaskan secara lebih baik dan matang.
Apa yang bisa kuberikan dengan sikap tak pastimu, Kawan?
Aku kurang yakin dengan sikapmu yang selalu dengan penuh semangat mengumbar surga mewujud janji.
Tetapi tahukah kau? Aku bisa mengupayakan dengan caraku sendiri mencapai apa yang kuperlukan, kuinginkan, dan kubutuhkan.
Cara kita berbeda, memang. Pandangan, prinsip, dan sikap hidup kita jarang bisa sama.
Namun, dengan segala ketidakpastian dan ketakjelasanmu--bicara dan sikapmu--akan kucoba menapak hendakmu.
Sekali mungkir, smua menjadi nol.
Begitu kau di mataku, jika benar begitu, kelak.
Perihal remeh-temeh kehidupan keseharian--atau pun endapan-endapannya dari masa lampu--hingga kompleksitas realitas yang mengepung, kita bisa menafsir dan menuturkannya dengan berbagai cara kita masing-masing. Kita layak berbeda. Dalam beberapa hal, memang begitulah seharusnya.
Minggu, 06 Mei 2012
Terdesakmu (Semacam Catatan dari Negeri Sorga)
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Curah Gagasan a la FIB Unkhair
*** Banyak yang Harus Dilakukan (Catatan dari ‘Bacalefo’ Ormawa FIB) *** Kebajikan mesti dikabarkan agar tetap bisa ditularkan...
-
Gambar ini saya dapat dari postingan seorang teman: NiNing AndiNi Ning RamadhaNi, di jagad maya. Di kampung saya, Kajang, Bulukumba, wadah ...
-
Baiklah, mari kita bicara - sedikit saja - tentang gerhana. Sebagai fenomena alam, tak ada yang luar biasa dengan sang gerhana ini. Tak pe...
-
Setelah berbincang lama, akhirnya saya terinspirasi oleh teman. Dia meyakinkan saya lagi - sebenarnya suatu hal yang sudah lama saya pahami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar