"Ada banyak ide. Sayangnya, tak semua sempat menyeruak, dan mewujud dalam kalimatkalimat bermakna," katamu.
Saya sepenuhnya sepakat denganmu, kawan. Memang ada banyak (ide) yang berserakan: di kepala, di jalanan, di lipatan halaman-halaman buku, dst. Sebagian besarnya terendap--bagi yang mengendapkannya tentu saja.
Kini, kubuat (lagi) blog-ku, sebagai bukti sepakatku denganmu--suatu hal yang sebenarnya sudah lama ingin kulakukan lagi. Sayangnya, belum banyak yang bisa kuceritakan lagi kepadamu sekarang. "Kamu mungkin boleh menunggu penuturan sederhanaku, kawan." Iya, pada suatu waktu nanti.
Begitu juga kamu, kutunggu cerita darimu. Ingin kudengar lagi penuturanmu yang mengalir, seperti dulu: sewaktu senja mulai beringsut merayapi malam.[]
Saya sepenuhnya sepakat denganmu, kawan. Memang ada banyak (ide) yang berserakan: di kepala, di jalanan, di lipatan halaman-halaman buku, dst. Sebagian besarnya terendap--bagi yang mengendapkannya tentu saja.
Kini, kubuat (lagi) blog-ku, sebagai bukti sepakatku denganmu--suatu hal yang sebenarnya sudah lama ingin kulakukan lagi. Sayangnya, belum banyak yang bisa kuceritakan lagi kepadamu sekarang. "Kamu mungkin boleh menunggu penuturan sederhanaku, kawan." Iya, pada suatu waktu nanti.
Begitu juga kamu, kutunggu cerita darimu. Ingin kudengar lagi penuturanmu yang mengalir, seperti dulu: sewaktu senja mulai beringsut merayapi malam.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar